Candi Borobudur merupakan salah satu warisan budaya yang paling mengesankan di dunia. Terletak di Magelang, Jawa Tengah, candi ini dikenal sebagai candi Buddha terbesar di dunia dan menjadi saksi bisu dari kejayaan masa lalu nusantara. Artikel ini akan mengulas secara mendalam sejarah Candi Borobudur serta menghubungkannya dengan sejarah kerajaan Singasari, meskipun berada dalam periode yang berbeda.
Latar Belakang Sejarah Candi Borobudur
Candi Borobudur dibangun pada masa pemerintahan dinasti Syailendra, sekitar abad ke-8 hingga abad ke-9 Masehi. Pembangunan candi ini diperkirakan berlangsung selama lebih dari 75 tahun dan diselesaikan sekitar tahun 825 Masehi pada masa pemerintahan Raja Samaratungga. Candi ini merupakan candi Buddha yang mencerminkan kekayaan dan kemegahan arsitektur serta seni rupa pada masa itu.
Arsitektur Candi Borobudur sangat unik dan rumit, terdiri dari enam teras berbentuk bujur sangkar yang di atasnya terdapat tiga pelataran melingkar, serta dihiasi oleh 2.672 panel relief dan 504 arca Buddha. Relief-relief ini menggambarkan berbagai kisah, termasuk kehidupan Buddha serta konsep-konsep keagamaan dan filosofi Buddha.
Proses Pembangunan Candi Borobudur
Pembangunan Candi Borobudur merupakan suatu prestasi teknik yang luar biasa. Batu-batu vulkanik yang digunakan untuk membangun candi ini diambil dari sungai-sungai di sekitar lokasi. Sistem pembangunan menggunakan teknik tanpa perekat, hanya dengan menyusun batu-batu tersebut dengan sangat presisi.
Desain candi ini mengikuti pola mandala, yang merupakan lambang alam semesta dalam kosmologi Buddha. Struktur candi terdiri dari tiga tingkat yang melambangkan tiga tingkat alam dalam ajaran Buddha, yaitu Kamadhatu (alam nafsu), Rupadhatu (alam berwujud), dan Arupadhatu (alam tak berwujud).
Keruntuhan dan Pemugaran Candi Borobudur
Setelah berakhirnya kejayaan dinasti Syailendra, Candi Borobudur mulai ditinggalkan dan perlahan-lahan tertimbun oleh abu vulkanik dan tertutup oleh vegetasi. Selama berabad-abad, candi ini hilang dari perhatian dan hanya diketahui oleh masyarakat setempat sebagai bagian dari legenda.
Candi Borobudur ditemukan kembali pada awal abad ke-19 oleh Sir Thomas Stamford Raffles, Gubernur Jenderal Inggris di Jawa. Pada tahun 1814, Raffles memerintahkan penggalian dan pemugaran candi ini. Proses pemugaran besar-besaran baru dilakukan oleh pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1907 hingga 1911 yang dipimpin oleh Theodoor van Erp. Pemugaran ini berhasil mengembalikan sebagian besar keindahan Candi Borobudur.
Signifikansi Candi Borobudur dalam Sejarah
Candi Borobudur tidak hanya sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai pusat pembelajaran agama Buddha dan seni budaya pada masanya. Keberadaan candi ini menunjukkan tingginya peradaban dan keahlian masyarakat Jawa pada abad ke-8 dan ke-9.
Ketika membahas sejarah Candi Borobudur, penting untuk mengaitkannya dengan konteks sejarah kerajaan-kerajaan di nusantara, termasuk Kerajaan Singasari. Meskipun Kerajaan Singasari muncul beberapa abad setelah pembangunan Candi Borobudur, hubungan antara kerajaan-kerajaan di Jawa menunjukkan adanya kesinambungan dan pengaruh budaya yang kuat.
Sejarah Kerajaan Singasari dan Hubungannya dengan Borobudur
Kerajaan Singasari didirikan oleh Ken Arok pada abad ke-13 dan mencapai puncak kejayaannya di bawah pemerintahan Raja Kertanegara. Kerajaan ini terkenal dengan kebijakan ekspansinya yang agresif dan upaya untuk menyatukan nusantara di bawah satu kekuasaan.
Meskipun tidak ada bukti langsung yang menghubungkan Kerajaan Singasari dengan pembangunan Candi Borobudur, keduanya mencerminkan keberlanjutan budaya dan peradaban di Jawa. Kerajaan Singasari, seperti halnya dinasti Syailendra, memainkan peran penting dalam penyebaran agama dan budaya di nusantara. Kertanegara, misalnya, dikenal dengan usahanya untuk menyebarkan ajaran Buddha Tantrayana dan membangun hubungan diplomatik dengan kerajaan-kerajaan di luar Jawa.
Warisan Budaya Dunia
Pada tahun 1991, UNESCO menetapkan Candi Borobudur sebagai Situs Warisan Dunia. Pengakuan ini menegaskan pentingnya candi ini sebagai warisan budaya yang harus dilestarikan. Candi Borobudur tidak hanya menarik wisatawan dari seluruh dunia, tetapi juga menjadi pusat penelitian dan studi tentang agama Buddha dan sejarah Indonesia.
Candi Borobudur dalam Era Modern
Hari ini, Candi Borobudur menjadi salah satu destinasi wisata paling populer di Indonesia. Selain sebagai tempat ibadah, candi ini juga menjadi tempat berbagai acara budaya dan festival. Setiap tahun, pada hari Waisak, ribuan umat Buddha dari seluruh dunia berkumpul di Borobudur untuk merayakan kelahiran, pencerahan, dan wafatnya Buddha Gautama.
Candi Borobudur juga berfungsi sebagai pusat pendidikan dan penelitian. Banyak akademisi dan arkeolog yang datang untuk mempelajari relief-relief dan struktur candi ini guna memahami lebih dalam tentang sejarah dan budaya masa lalu nusantara.
Kesimpulan
Sejarah Candi Borobudur adalah kisah tentang kejayaan, kemegahan, dan keagungan peradaban masa lalu. Dari pembangunan yang rumit hingga pemugaran yang panjang, candi ini tetap menjadi simbol kebanggaan bangsa Indonesia. Meskipun terpisah dalam waktu, hubungan antara sejarah Candi Borobudur dan sejarah Kerajaan Singasari menunjukkan adanya kesinambungan dan kekayaan budaya yang luar biasa di Jawa.
Dengan menjaga dan melestarikan Candi Borobudur, kita tidak hanya menghormati warisan nenek moyang kita, tetapi juga memastikan bahwa keindahan dan kebijaksanaan yang terkandung dalam candi ini dapat dinikmati oleh generasi mendatang. Sebuah warisan yang patut kita banggakan dan lestarikan bersama.